Akulturasi Kebudayaan Nusantara
dan Hindu-Budha
Oleh :
Nama : Ni Kadek Sri Agustini
No :
20
Kelas :
XMS1
NIS :
7147
SMA N 1 UBUD
Tahun Ajaran
2014/2015
Kata Pengantar
Om Swastiyastu ,
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Budha
” tepat pada waktunya tanpa halangan
suatu apapun.
Tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Dalam penyusunan makalah
ini tentu banyak
kekurangan dan kesalahan,
oleh sebab itu
saya mengharapkan kritik
dan saran dari
para pembaca demi
sempurnanya makalah ini.
Om Santih , Santih , Santih Om
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Makalah 2
Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Akulturasi Nusantara dan Hindu-Budha 2
2.2 Contoh Wujud Alkulturasi Budaya Hindu Budha di Indonesia 6
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Kritik dan Saran 8
Daftar Pustaka 9
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia
sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang
India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna
menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih
terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak.
Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan
Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
2.
Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia
berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan
unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya
sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan
Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang
merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama
Hindu-Budha.Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa.
Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat
dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin
surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat
bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang
dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud akultrasi?
Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Mengapa akultrasi dapat terjadi?
1.3 Tujuan makalah
Mengetahui apa arti akultrasi
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Mengetahui apa arti akultrasi
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Akulturasi Nusantara Kebudayaan dan
Hindu-Budha
Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses pencampuran
antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain , sehingga
membentuk kebudayaan baru . Kebudayaan baru yang merupakan hasil pencampuran
itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya . Oleh karena itu ,
untuk dapat berakulturasi , masing-masing kebudayaan harus seimbang .
Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Budha dari India
dengan kebudayaan Indonesia asli . Masuknya budaya Hindu-Budha
di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2
budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan
saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan
tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini
disebabkan karena:
1. Masyarakat
Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa
Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima
unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu
hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan
budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai
sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan
asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha
dengan kebudayaan Indonesia asli.
1.
Seni Bangunan
Bentuk-bentuk
bangunan di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara
unsur-unsur budaya Hindu-Budha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan
yang megah , patung-patung perwujudan dewa atau Budha , serta bagian-bagian
candid an stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia
pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli .
Candi Borobudur merupakan slah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut .
a.
Candi
Candi
merupakan sebuah bangunan yang berasal dari zaman kekuasaan kerajaan – kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia . Kata candi berasal dari kata candika yaitu salah
satu nama dewi Durga . Candi juga berasal dari kata cinandi yang berarti makam
. Pada umumnya candi terdiri atas tiga bagian yaitu :
o Bhurloka adalah bawah candi
yang melambangkan kehidupan dunia fana.
o Bhurvaloka adalah bagian
candi yang melambangkan tahap pembersihan dan pemurnian jiwa.
o Svarloka adalah
melambangkan tempat para dewa atau jiwa yang telah disucikan.

Gambar salah satu candi ,
Candi Borobudur
b.
Stupa
Bangunan
stupa pada masa India Kuno digunakan sebagai makam atau tempat penyimpanan abu
kalangan bangsawan/tokoh tertentu. Stupa memiliki tiga bagian dari bangunan nya
:
o Andah , melambangkan dunia
bawah tempat manusia yang masih dikuasai hawa nafsu.
o Yanthra, merupakan suatu
benda untuk memusatkan pikiran saat bermeditasi.
o Cakra, melambangkan nirwana
tempat para dewa.
2.
Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam
bidang seni rupa , seni pahat , dan seni ukir . Hal ini dapat dilihat pada
relief atau seni ukir yang dipahat pada bagian dinding-dinding candi . Misalnya
, relief yang dipahat pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur
yang berupa pahatan riwayat Sang Budha . Di sekitar Sang Budha terdapat
lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati .
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah .
Hiasan relief kala makara , dasarnya adalah motif bintang dan tumbuh-tumbuhan .
Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu . Binatang-binatang itu
dipandang suci , maka sering diabadikan dengan cara di lukis .
a.
Relief
Relief dipahatkan pada kaki
candi atau tubuh candi. Relief ini merupakan hasil seni pahat sebagai pengisi
bidang pada dinding candi yang melukiskan suatu cerita atau kisah .
Relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Dasar
hiasan relief kala makara yaitu motif binatang dan tumbuh-tumbuhan . Hal tersebut
sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu . Binatang-binatang tersebut dipandang
suci,sehingga sering diabadikan dengan cara ditulis .
b.
Arca
Tujuan pembuatan arca/patung adalah untuk mengabadikan
tokoh tertentu . Patung/arca merupakan batu yang dipahat sedemikian rupa ,
sehingga membentuk makhluk tertentu ( biasanya berupa patung atau binatang ).
3.
Seni Pertunjukan
Menurut JLA Brandes , gambelan merupakan satu diantara
seni pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya
unsur-unsur budaya India. Selama waktu berabad-abad gambelan juga mengalami
perkemangan dengan masuknya unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk maupun
kualitasnya. Gambaran mengenai bentuk gambelan Jawa Kuno masa Majapahit dapat
dilihat pada beberapa sumber , antara lain prasasti dan kitab kesusastraan .
Macam-macam gambelan dapat dikelompokkan dalam Chordaphones , aerophones , membranophones , tidophones , dan
xylophones .

Gambar salah satu
pertunjukan
4.
Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di
Indonesia . Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang
berbentuk tembang ( puisi ). Berdasakan isinya , kesusastraan dapat dikelompokkan
menjadi tiga , yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan) , kitab hukum , dan
wiracerita ( kepahlawanan ). Bentuk wiracerita ternyata sangat terkenal di
indonesia , terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudia timbul wiracerita
hasil gubahan dari pujangga indonesia. Misalnya , Baratayuda yang digubah oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh . Juga munculnya cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari
Mahabrata dan Ramayana , melahirkan seni pertunjukan wayang kulit ( wayang
purwa ) . Pertunjukan wayang kulit di indonesia , khususnya di Jawa sudah
begitu mendarah daging . Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung
nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan
wayang berasal dari India , tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat
dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia .
Disamping bentuk dan ragam ias wayang , muncul pula
tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan
seperti Semar , Gareng , dan Petruk. Tokoh-tokoh tidk ditemukan di India .
Perkembngan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf
pallawa , misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno . Pada prasasti-prasasti
yang ditemukan terdapat unsur India dengan budaya Indonesia. Misalnya , ada
prasasti dengan huruf Nagari ( India ) dan huruf Bali Kuno ( indonesia)
5.
Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara , orang-orang di Kepulauan
Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh,
kalau ada orang meninggal, didalam kuburannya disertakan benda-benda. Di antara
benda-benda itu ada orang naik perahu , ini memberikan makna bahwa orang yang
sudah meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan
yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya
kehidupan sesudah mati , yakni sebagai roh halus . Oleh karena itu , nenek
moyang dipuja oleh orang yang masih hidup(animisme).

Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah . Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi . Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.Diindonesia , di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal . Itulah sebabnya peripihtempat penyimpanan au jenazah didirikan patung raja dalam bentik mirip dewa yang dipujanya . Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia .
Gambar salah satu makam
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga
merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme.
Lingga adalah lambing Dewa Syiwa . Secara filosofis lingga dan yoni adalah
lambang kesuburan dan lambang kemakmuran . Lingga lambang laki-laki dan yoni
lambang perempuan
6.
Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh
India di Kepulauan Indonesia , dikenal adanya sistem pemerintahan secara
sederhana , Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintahan di suatu
desa atau semacam kepala suku . Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya
orang yang sudah tua(senior), arif, dapat memimbing , memiliki
kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dibidang ekonomi , berwibawa , serta
memiliki semacam kekuatan gaib(kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka
pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini
secara jelas terjadi di Kutai .
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan,
misalnya seorang raha harus berwibawa dan dipandang masa sebelum Hindu-Budha .
Karena raja memiliki kekuatan gaib , maka oleh rakyat raja dipandang dekat
dengan dewa . Raja kemudian disembah dan kalau sudah meninggal dipuja-puja.
7.
Asitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan
bangunan setelah masuknya budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia
sebelum masuknya budaya Hindu-Budha sudah mengenal tentang sistem arsitektur
atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya punden berundak yang sering
dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau pemujaan terhadap leluhur
mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke wilayah
Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur
ataupun juga bangunan di akhir masa Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng
Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan mengambil bentuk pundek berundak
meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi
antara budaya asli nenek moyang dengan pengaruh Hindu-Budha.
2.2 Contoh Wujud Akulturasi
Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang
dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai kebudayaan Hindu Budha
dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan, kepercayaan dan
juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya
Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap seni
bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan
di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu
merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari
bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh
Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur
seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti
dengan ditemukannya patung Budhha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai.
Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi
Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan
ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati.
Masuk dan berkembangnya
pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara
kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia,
terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan
dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu
diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu
besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat
Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan seorang kepala suku.
Sistem pemerintahan seorang
kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang kepala suku
merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki
kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh
Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang
berkembang di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang
memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan
oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat kebudayaan aslinya.
2. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing
tidak kehilangan kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat
berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
3. Kebudayaan Hindu – Budha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
4. Wujud
akulturasi budaya dapat berupa bahasa, religi/kepercayaan, sistem pemerintahan,
sistem kemasyarakatan, ekonomi, pengetahuan/teknologi, seni bangunan, seni rupa
& seni ukir serta seni sastra.
5. Unsur
budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka
budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu
bertindak selektif.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Dwi L , Amurwani.2014.Sejarah Indonesia:Jakarta:Pusat
Kurikulum dan
Perbukuan
Balitbang,Kemdikbud
Hapsari , Ratna dan
M.Adil.2013.Sejarah Indonesia untuk
SMA/MA
Kelas X.Jakarta:Erlangga
Wahyudi , Anton.2013:Kreasi
Belajar Siswa Aktif Kurikulum 2013 Kelas X :
JawaTengah:Viva Pakarindo
Pusat Internet :
Rakaestu.blogspot.com/2012/03/pengertian-akulturasi-kebudayaan.html
Wahyu97-blog.spot.com/2014/01/makalah-tentang-akulturasi-budaya-hindu.html
Maaf kak itu kok gambarnya gaadaa?
BalasHapusTq🖤
BalasHapusMaaf kk kok nda ada gambarnya????? 🙏🙏
BalasHapus